SURAT GEMBALA PRAPASKAH TAHUN 2018
“MENGASIHI
DENGAN KATA DAN PERBUATAN”
Yang
sangat saya kasihi Anak-anak, Remaja, Kaum Muda, Ibu, Bapak, Frater, Suster,
Bruder, dan para Rama. Berkah Dalem.
Masa Puasa
dan Pantang dalam Masa Prapaskah. Masa Prapaskah ini akan kita mulai pada Hari Rabu
Abu, 14 Februari 2018 mendatang. Selama empat puluh hari, seluruh umat Katolik
mendapat kesempatan istimewa untuk secara terus menerus melakukan gladi rohani
atau retret agung, guna mengenangkan kembali atau menyiapkan Baptis dan membina
pertobatan serta melakukan amal kasih (bdk.
Konstitusi Liturgi 109).
Dalam
Masa Prapaskah, kita akan membarui dan menyucikan diri dengan olah kesalehan
hidup dan matiraga yang dilandasi oleh pengharapan dan syukur atas melimpahnya
rahmat belas kasih Allah kepada kita, manusia yang penuh dengan kerapuhan dan
dosa. Secara pribadi dan bersama-sama, kita diajak untuk kembali mengarahkan
hidup kepada Allah dan ikut serta dalam usaha membangun KerajaanNya, dimanapun
kita berada. Pertobatan sejati mengundang kita untuk berani mengubah perilaku
dalam keutamaan hidup kristiani, mengasah kepekaan sosial agar tergerak untuk
berbelarasa dan memperjuangkan keadilan, terutama bagi saudari-saudara yang
menderita dan berkekurangan. Sebab, “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya
engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk,
supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu
orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang,
supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap
saudaramu sendiri” (Yes 58:6-7).
Saudari-saudaraku
yang terkasih.
Tuhan
Yesus telah memberi teladan untuk senantiasa memiliki hati yang penuh belas
kasih dan peduli terhadap saudari-saudara kita yang menderita, berkekurangan,
dan tersingkir. Dalam bacaan Injil yang kita dengarkan pada Hari Orang
Sakit Sedunia ini, Santo Markus (Mrk 1:40-45) menceritakan bagaimana Yesus
tergerak hatiNya oleh belas kasihan dan menyambut seorang kusta yang datang
memohon kesembuhan dariNya. Seperti kita ketahui, pada zaman Yesus,
seorang kusta harus mengalami nasib dikucilkan, dihina, dan disingkirkan dari
masyarakat. Meskipun demikian, Tuhan Yesus justru dengan sepenuh hati menyambut
orang kusta tersebut: mengulurkan tangan, menjamah orang itu, dan
menyembuhkannya.
Sebagai
murid-murid Kristus, kita pun diundang untuk memiliki hati yang tergerak oleh
belas kasih, menyambut dan merengkuh saudari-saudara yang menderita,
berkekurangan, dan terpinggirkan dari masyarakat. Untuk itulah, dalam gerakan
Aksi Puasa Pembangunan tahun 2018 ini, kita merenungkan tema “Mengasihi
dengan Kata dan Perbuatan”.Melalui permenungan ini, kita mau
belajar terlibat memberi dukungan pada orang lain, terutama dengan berbelarasa
terhadap saudari-saudara yang sangat membutuhkan. Semoga abu yang akan kita
terima dalam perayaan Hari Rabu Abu nanti, senantiasa
mengingatkan kita akan kerapuhan dan kedosaan kita. Bahkan lebih dari itu,
mendorong untuk senantiasa bersyukur atas kelimpahan rahmat belas kasih Allah
yang memungkinkan kita untuk mencari, menemukan, menyambut, dan merengkuh
mereka yang sakit, menderita, dan berkekurangan.
Seperti
kita ketahui bersama bahwa hari Jumat, 16 Februari 2018, merupakan tahun
baru Imlek, yang juga merupakan hari pantang. Karena itu bagi
umat Katolik yang akan merayakan tahun baru Imlek ini, saya
ajak untuk menempatkan perayaan syukur atas tahun baru ini dalam konteks dan
semangat Prapaskah, yakni pertobatan yang ditandai antara lain dengan puasa dan
pantang. Kesempatan berkumpul bersama keluarga dan sahabat pada hari Kamis atau
Jumat, tanggal 15 atau 16 Februari, serta perayaan Cap Go Meh,
hendaknya dihayati sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat kehidupan yang
Tuhan berikan. Selain itu juga menjadi kesempatan untuk mewujudkan kasih
kekeluargaan dan persaudaraan yang semakin nyata diantara anggota keluarga dan
para sahabat, dengan saling berbagi. Karena itu, hendaknya perayaan tahun baru
Imlek dirayakan dalam semangat berbagi berkah yang semakin besar, khususnya
bagi yang berkekurangan. Dengan cara ini kita ungkapkan kasih bukan hanya
dengan kata-kata saja, namun dengan perbuatan nyata.
Saudari-saudaraku
yang terkasih,
Pada
saat yang istimewa ini, saya berdoa untuk siapapun yang sedang sakit,
berkekurangan, menanggung beban kehidupan yang berat, difabel, berkebutuhan
khusus, dan lanjut usia. Selamat memasuki gladi rohani empat puluh hari dengan
tekun, setia, dan tenanan. Semoga Allah yang penuh belas
kasih senantiasa menyertai, meneguhkan, dan memberikan penghiburan. Rahmat
belas kasih Allah senantiasa melimpah bagi Saudari-saudara semua.
PERATURAN
PUASA DAN PANTANG TAHUN 2018
Mengacu
pada Ketentuan Pastoral Keuskupan Regio Jawa tahun 2016, pasal 138 no. 2.b
tentang hari tobat, peraturan puasa dan pantang bagi umat katolik KAS
ditetapkan sebagai berikut:
1. Hari puasa tahun 2018 ini dilangsungkan
pada hari Rabu Abu tanggal 14 Februari 2018, dan Jumat
Agung tanggal 30 Maret 2018. Hari pantang dilangsungkan pada hari Rabu
Abu dan tujuh Jumat selama masa Prapaskah sampai dengan Jumat Agung.
2. Yang wajib berpuasa ialah semua orang
Katolik yang berumur antara 18 tahun sampai dengan awal tahun ke-60. Yang wajib
berpantang ialah semua orang Katolik yang telah berumur genap 14 tahun.
3. Puasa dalam arti hukum, berarti makan
kenyang hanya sekali dalam sehari. Pantang dalam arti hukum, berarti tidak
makan daging atau makanan lain yang disukai.
4. Karena peraturan puasa dan pantang cukup
ringan, maka kami anjurkan, agar secara pribadi atau bersama-sama (misalnya
dalam keluarga, lingkungan/wilayah, atau komunitas pastoran/biara/ seminari),
menetapkan cara puasa dan pantang yang dirasakan lebih sesuai dengan semangat
tobat dan matiraga yang ingin dinyatakan. Sebagai sikap pertobatan nyata,
beberapa hal yang sangat kami anjurkan untuk dibuat, antara lain:
a. Dalam keluarga, pertemuan lingkungan
atau paguyuban, dicari bentuk-bentuk puasa dan pantang yang cocok dengan
jenjang usia, sebagai bagian dari pembinaan iman: usia dini dan anak, remaja
dan orang muda, dewasa dan usia lanjut.
b. Selama empatpuluh hari dalam masa
Prapaskah, secara pribadi atau secara bersama-sama dalam keluarga atau
komunitas biara/pastoran/seminari, memilih tindakan tobat yang lebih berdaya
guna untuk mewujudkan tindakan kasih.
c. Menentukan wujud gerakan solidaritas,
entah yang berupa gerakan amal/karitatif ataupun pemberdayaan yang berdampak
luas bagi perwujudan belarasa dan upaya keutuhan alam semesta, serta bagi
masyarakat sekitar.
d. Hendaknya diusahakan agar setiap orang
Katolik, baik secara pribadi maupun bersama-sama, mengusahakan pembaruan hidup
rohani, misalnya dengan rekoleksi, retret, gladi rohani, ibadat jalan salib,
ziarah, pengakuan dosa, meditasi, dan adorasi.
5. Salah satu ungkapan tobat bersama dalam
masa Prapaska ialah Aksi Puasa Pembangunan (APP), yang diharapkan mempunyai
nilai dan dampak untuk pembaruan pribadi, peningkatan solidaritas pada tingkat
paroki, keuskupan, dan nasional. Tema APP tahun 2018 ini adalah: “Mengasihi
dengan Kata dan Perbuatan” sebagaimana diuraikan dalam buku-buku yang
diterbitkan oleh Panitia APP Keuskupan Agung Semarang.
6. Terkait dengan parayaan tahun
baru Imlek 2018, saya anjurkan beberapa hal berikut:
a. Jumat, 16 Februari 2018, sebagai tahun
baru Imlek tetap kita perlakukan sebagai hari pantang. Maka bagi
umat Katolik KAS yang merayakan Tahun Baru Imlek, hendaknya tetap melakukan
pantang pada hari itu atau, jika tidak memungkinkan, hendaknya melakukan
pantang pada hari lain sebagai pengganti.
b. Umat Katolik KAS diperkenankan merayakan
Ekaristi Syukur Tahun Baru Imlek pada hari Jumat, 16 Februari 2018, atau
hari-hari setelahnya dengan tetap mengindahkan ketentuan liturgi masa
Prapaskah, dan tetap mengembangkan semangat berbelarasa dan berbagi rezeki,
khususnya kepada saudari-saudara kita yang miskin, menderita, tersingkir dan
berkebutuhan khusus.
Salam,
doa, dan berkah Dalem
2
Februari 2018, pada Pesta Yesus dipersembahkan di kenisah.
Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang
Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang
†
Mgr. Robertus Rubiyatmoko
Komentar
Posting Komentar